Loading...
Kabupaten Banyuasin
089627335445

Berita

Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid 19

04 Nov 2020

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sudah lebih dari enam bulan terakhir ini berdampak terhadap perubahan aktifitas belajar-mengajar. Tak terkecuali di negeri ini, sejak medio Maret aktifitas pembelajaran daring (online learning) menjadi sebuah pilihan kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 semakin meluas. Praktik pendidikan daring (online learning) ini dilakukan oleh berbagai tingkatan jenjang pendidikan sejak tingkat SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Tidak ada lagi aktifitas pembelajaran di ruang-ruang kelas sebagaimana lazim dilakukan oleh tenaga pendidik: guru maupun dosen. Langkah yang tepat namun tanpa persiapan yang memadai. Akibatnya banyak tenaga pendidik gagap menghadapi perubahan drastis ini. Sementara itu praktis tidak ada cara lain untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 selain dengan membatasi perjumpaan manusia dalam jumlah yang banyak. Pemerintah pun membatasi pertemuan, maksimal 30-40 orang. 
Itupun dengan protokol kesehatan yang sangat ketat: penggunaan masker, menjaga jarak minimal 1,5 meter, mencuci tangan memakai sabun.
Hal ini didasarkan pada pendapat para ahli kesehatan di seluruh dunia setelah mereka melakukan riset bagaimana memutus mata rantai Covid-19. Kegagapan pendidikan daring Arena sekolah, sebagai ruang belajar mengajar antara murid dengan guru, mahasiswa dengan dosen pun pada akhirnya dilarang dilakukan. Sebagai gantinya yakni pembelajaran secara daring. Perubahan sangat cepat ini tanpa diiringi persiapan yang memadai sebelumnya, akibatnya banyak kegagapan menghadapinya. Hal ini pun diakui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Nadiem berpendapat, "kita harus jujur proses adaptasi ke online learning juga sangat sulit. Paling tidak masih ada pembelajaran terjadi daripada sama sekali tidak ada pembelajaran”. Statemen pelipur lara, ketimbang langkah cepat menyiapkan infrastruktur. Sayangnya hingga memasuki tahun ajaran baru ini pun belum nampak gerak revolusioner dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan maupun jajaran kementeriannya dalam menyiapkan sarana-prasarana pembelajaran daring. Pemberian kuota internet, ini yang penulis dengar dari sekolah-sekolah, itupun yang di kota-kota besar. Sementara jika melongok ke daerah, masih jauh panggang dari api. Pembelajaran yang dipaksakan, demikian sepintas terlihat. Pilihan sulit di tengah situasi yang tidak menentu pula. Covid-19 sebagai makhluk hidup yang berupa mikroorganisme ini harus diputus mata rantainya, akibat penularannya yang dilakukan melalui perjumpaan antarmanusia. Maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis taktis dalam menghadapinya. Pembelajaran daring yang belum dipersiapkan secara matang ini tentu berdampak terhadap metode pembelajaran yang dilakukan oleh para tenaga pendidik. Demikian pula penerimaan atas pembelajaran dari para peserta didik pun sangat beragam, seringkali tidak memahami materi maupun penyampaian dari guru. Terlebih orang tua atau wali muridnya. Lagi-lagi mengalami gegar pembelajaran yang luar biasa. Orang tua yang sibuk bekerja dengan terpaksa harus mendampingi anak-anak mereka pada saat jam pembelajaran daring. Anak-anak yang biasanya di sekolah, berubah seketika untuk melakukan aktifitas pembelajaran di rumah. Untuk level SMP, SMA, hingga perguruan tinggi barangkali tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun untuk level SD bahkan SMP, tidak sedikit orang tua siswa yang mengeluh akibat pembelajaran daring ini. Sekurang-kurangnya keluhan ini yang dialami oleh teman-teman penulis. Tidak sedikit guru yang sekadar memberikan tugas kepada para muridnya, melalui aplikasi pesan grup daring yakniaplikasi whatsapp. Guru membuat grup dengan para orang tua/wali murid untuk update apa saja yang perlu dilakukan tiap harinya selama proses pembelajaran. Lalu pada sore hari guru akan mengoreksi dan mengabsen siapa murid yang tidak atau belum mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru.



Leave a Reply